Kamis, 17 November 2011

Gagal Ginjal


Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir (ESRD/PGTA) adalah penyimpangan progresif, fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolik, dan cairan dan elektrolit mengalami kegagalan, yang mengakibatkan uremia. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh glomerulonefritis kronis; pintonefritis; hipertensi takterkontrol; lesi herediter seperti pada penyakit polikistik; kelainan vaskular; obstruksi saluran perkemihan; penyakit ginjal sekunder akibat penyakit sistemik (diabetes); infeksi; obat-obatan; atau preparat toksik. Preparat lingkungan dan okupasi yang telah menujukkan mempunyai dampak dalam gagal ginjal kronis termasuk, timah, kadmium. merkuri, dan kromium. Pada akhirnya dialisis atau transplantasi ginjal diperlukan untuk menyelamatkan pasien.
MANIFESTASI KLINIS
Pasien akan menunjukkan beberapa tanda dan gejala; keparahan kondisi hergantung pada tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia pasien.
1. Manifestasi kardiovaskular: hipertensi, gaga) ginjal kongestif, edema pulmonal, perikarditis.
2. Gejala-Gejala dermatologist gatal-gatal hebat (pruritus); serangan uremik tidak umum karena pengobatan dini dan agresif.
3. Gejala-Gejala gastrointestinal: anoreksia, meal, muntah dan eegukan, penurunan aliran saliva, haus, rasa kecap logam dalam mulut, kehilangan kemampuan penghidu don pengecap, dan parotitis atau stomatitis.
4 Perubahan neuromuskular: perubahan tingkat kesadaran, kacau mental, ketidakmampuan berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang.
5 Perubahan hematologis: kecenderungan perdarahan.
6 Keletihan dan letargik, sakit kepala, kelemahan umum.
7. Pasien secara benahap akan lebih mengantuk; karakter pernapasan menjadi Kussmaul; dan terjadi koma dalam, sering dengan konvulsi (kedutan mioklonik) atau kedutan otot.



PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk mengembalikan fungsi ginjal dan mempertahankan homeostasis selama mungkin. Semua faktor yang menunjang PGTA dan yang faktor penunjang yang dapat pulih (mis., obstruksi) diidentifikasi dan diatasi.
1. Intervensi diet diperlukan dengan pengaturan yang cermat terhadap masukan protein, masukan cairan untuk menyeimbangkan kehilangan cairan, masukan natrium, dan pembatasan kalium.
2. Pastikan masukan kalori dan suplemen vitamin yang adekuat.
3. Batasi protein karena kerusakan klirens ginjal terhadap urea, kreatinin, asam urat, dan asam organik. Masukan protein yang diperbolehkan harus tinggi kandungan biologisnya: produk yang berasal dari susu, telur, daging.
4. Cairan yang diperbolehkan adalah 500-600 ml atau lebih dari haluaran urine 24 jam.
5. Atasi hiperfosfatemia dan hipokalsemia dengan antasid mengandung aluminum atau kalsiurn karbonat; keduanya harus diherikan dengan makanan.
6. Suplai kalori dengan karbohidrat dan lemak untuk mencegah pelisutan otot.
7. Berikan suplemen vitamin.
8. Tangani hipertensi dengan kontrol volume intravaskular dan obat antihipertensif.
9. Atasi gagal jantung kongestif dan edema pulmonal dengan pembatasan cairan, diet rendah natrium, diuretik, preparat inotropik (mis., digitalis atau dobutamin), dan dialisis.
10. Atasi asidosis metabolik jika perlu dengan suplemen natrium bikarbonat atau dialisis.
11. Atasi hiperkalemia dengan dialisis; pantau pengobatan dengan kan-dungan kalium; berikan diet pembatasan kalium; berikan Kayexelate sesuai kebutuhan.
12. Amati terhadap tanda dini abnormalitas neurologis (mis., berkedut, sakit kepala, delirium, atau aktivitas kejang).
13. Lindungi terhadap cedera dengan memberikan bantalan pada pagar tempat tidur.
14. Catat awitan, tipe, durasi, dan efek umum kejang pada pasien; segera beritahu dokter.
Pustaka
Keperawatan Medikal- Bedah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar